Pak, Ada Uangnya Sedikit saja? Saya Lapar..


Aku baru saja menjejakkan kaki penatku di stasiun Palmerah sore itu. Senja yang bergelayut seketika berubah menjadi gelap dan dingin langsung menyergap tubuhku. “Ooh.. mau hujan rupanya”. Pikirku dalam hati. Tes.. tes... tes.. setetes air hujan seperti air es saja rasanya saat jatuh di lengan kananku dan dengan cepat hujan turun dengan derasnya. Sontak aku berlari mencari tempat berteduh. Beruntung aku masih dapat duduk di ujung peron yang penuh oleh para calon penumpang Kereta Rel Listrik jurusan Palmerah – Serpong. “Akhirnya hujan juga”. Ujarku sambil memandangi langit.

Aku menikmati suasana sore itu meski kereta yang kutunggu tak juga datang. Sayup-sayup terdengar suara lirih “pak, mau makan pak saya lapar”. Aku diam seolah tak mendengar. “Pak saya lapar, saya gak punya uang”. Suara itu makin jelas. Aku tahu asal suara itu. Seorang bocah tanggung usia belasan tahun dengan pakaian lusuh dan kumalnya duduk tepat di samping kananku. Sedikitpun aku tak mau melirik padanya. Aku tahu ia pasti sedang memandangiku dengan tatapannya wajahnya yang sayu. Berharap iba dan belas kasihku. Aku tetap diam. “Pak, punya sedikit uang untuk saya makan gak pak?”. Bocah itu tak henti berharap. Ia pun mengalihkan pandangan pada seorang bapak di sebelahnya. “Wuaah jangan sama saya, yang lainnya aja deh soalnya pas kebetulan gak punya nih..”. Kata bapak itu seolah tidak ingin diganggu. Hatiku mulai terusik. Bukan kesal dan amarah. Ingin menangis saja rasanya tahu ada seorang anak yang tidak bisa makan tapi aku seperti tak peduli. “Pak, saya lapar seharian belum makan karena gak punya uang”. “Minta sedikit uangnya pak”. Kuberanikan wajahku memandangnya saat ia berucap. Dari matanya aku tahu ia benar-benar lapar.

Sekelumit perjalanan hidupku seolah kutonton kembali saat tatapanku jatuh dimatanya yang tulus. Aku pernah kelaparan, pernah sendiri, pernah tidak punya uang. Tapi tak pernah hidupku semenderita anak itu. Meski lapar, sendiri, dan tak punya uang tapi aku masih bisa makan. Hidupku jauh lebih baik. “Kamu lapar dan belum makan? Mau makan?”. Tanyaku sambil berusaha menahan tangis melihat anak itu. Ia hanya mengangguk mengiyakan. “Kalau begitu kamu makan, biar saya yang bayar. Kamu mau?”. Tanyaku lagi. Ia mengangguk lagi sambil menundukkan kepalanya. “Okay, sekarang kita cari warung makan. Pilih yang kamu suka dan makan yang banyak.” Kataku sambil mengajaknya berdiri. Kemudian kami berjalan menyeruak kerumunan orang yang berteduh di peron menuju warung makan dekat loket tiket Kereta Api. Di warung makan hanya tersisa telur dadar, ikan goreng, ayam goreng, tahu semur, sayur sop dan sedikit sambal. “Pake apa nih?” tanya ibu warung nasi. “Pake ini aja bu sama kuah sama sambalnya juga?” kata si bocah sambil menunjuk ikan goreng. Setelah siap diraihnya nasi ikan itu. Ia makan dengan lahap. Seperti orang yang belum makan dari pagi. “Minum es teh manis ya?”. kataku sambil mencoba memesan minum untuknya. “Jangan pak, gak usah.. ini saja sudah cukup”. Sahutnya sambil memegang segelas air putih. Aku tak mau berlama-lama di warung nasi itu.

Melihatnya seperti melihat diriku sewaktu remaja. Segera kubayar makan malamnya. Tidak mahal buatku, cuma enam ribu rupiah. Mahal untuk bocah itu. Dia harus merendahkan dirinya untuk sekedar mengiba demi uang receh untuk bisa makan. Bocah itu memberi pelajaran berharga padaku. Ia hanya minta aku mendengarnya. Ia tak minta hidupku. Ia butuh didengar. Jangan memberinya uang receh tapi beri yang kau punya dari isi hatimu maka kau akan tahu harus peduli dengan cara apa.


10 comments:

  1. Tapi gan perlu di waspadai juga soalnya sekarang banyak pengemis gadungan. Orang mampu nayamar jadi pengemis sebagai ladang penghasilannya. Dan disitulah kita ragu untuk memberikan uang

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kalau ini beda, tapi kalau modus itu yang diwaspadai, kelihatan kok kalau kita jeli pasti bisa ketawan mana yang bener mana yang modus.

      Terima kasih gan sudah di ingatkan.

      Delete
  2. Menurut saya kalau mau nyumbang mending diyayasan

    ReplyDelete
  3. memang kita harus berbagi ya kepada orang yang membutuhkan. Biar yang maha kuasa yang membalas amal baik kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Lebih hevat lagi memberi dari kekurangan langka itu gan.

      Delete
  4. Replies
    1. Super. Mantap gan tapi jaman sekarang mkin susah orang memberi, Ya begitulah hati orang tidak ada yang tahu. Entah itu keluarga,saudara ataupun teman.

      Delete
  5. Saya sepekat dengan memberinya makan lansung, dari pada memberinya uang tunai karena belum tentu dia yang menikmatinya.

    ReplyDelete

Powered by Blogger.